Wednesday, March 2, 2011

Ngayal - Keluar Dari Konsumerisme

Gue pengen.

Gue pengen bisa bikin daerah rumah gue (di Cinere) bisa swasembada listrik, pangan dan air. Daerahnya cukup luas untuk bercocok tanam untuk rumah-rumah satu kompleks, dan pembangkit listrik bertenaga surya akan lebih efisien jika infrastrukturnya disebar ke satu kompleks perumahan kecil (ketimbang hanya dibuat untuk setiap rumah).

Ada sebuah kendaraan bersama, berbentuk bis atau minibus, yang akan mengantarkan para pegawai ke kantor, siswa ke sekolah; paling tidak diantar sampai simpul-simpul kendaraan umum yang cukup praktis (seperti Transjakarta atau stasiun kereta api). Keperluan belanja barang sehari-hari dikumpulkan dari setiap rumah tiap minggu dan dikelola di tingkat kompleks perumahan, sehingga hanya perlu 1-2 mobil berangkat untuk belanja keperluan untuk satu kompleks, tiap minggu. Atau, semua keperluan disediakan oleh koperasi kompleks, yang akan memperbarui stok tiap minggu.

Koneksi internet cepat tersedia untuk yang membutuhkan, untuk memfasilitasi penduduk yang bekerja dari rumah. Untuk hiburan, ada hall khusus yang bisa digunakan untuk acara kecil atau layar tancep.

Apakah mungkin ini terjadi ya? Ini tidak mungkin hanya bermodalkan gerakan satu orang; penduduk satu kompleks harus sadar betapa pentingnya mengefisiensikan penggunaan energi (listrik, bensin untuk kendaraan dll) dan mengupayakan swasembada sumber daya yang mampu dikelola sendiri (misalnya, sumber makanan).

Ini merupakan pergantian gaya hidup yang cukup drastis untuk banyak orang dan membutuhkan pengorbanan... pertanyaannya adalah, apakah keinginan kita untuk berkorban seperti ini cukup?

Gue aja masih ngayal doang, belom tentu mau melakukan. Terjebak dengan gaya hidup dan pola konsumerisme. Tapi gue bertanya juga ke diri sendiri, nanti kalau kita masih berpola hidup konsumtif, tapi tidak ada yang bisa dibeli (karena semua sumber daya habis), lantas apa yang akan dilakukan?

No comments:

Post a Comment