Karena gerakan tari Jaipong dianggap berpotensi mengundang syahwat, Gubernur Jawa Barat menganjurkan untuk mengurangi 3G (goyang, gitek, geol) dan menutup ketiak dalam tarian tersebut. Anjuran ini untuk 'menjaga supaya tarian itu tetap ada tapi tetap santun, dan antisipasi diberlakukannya UU Antipornografi'. Ditambahkan fakta bahwa Jaipong sering diidentikan dengan tempat-tempat 'kurang baik'.
Gue bahkan nggak akan ngebahas dispensasi untuk tarian dan budaya dalam UU Antipornografi. Undang-undangnya udah ngotot banget dibikin tapi nggak diturutin sendiri soalnya. Jadi percuma dibahas.
Yang mengherankan adalah, berhubung tarian Jaipong yang udah ada di Indonesia ratusan tahun dianggap bikin nafsu orang, jadinya mau dibatasi (yang nggak terlalu jauh dari dilarang)? Kenapa sih orang-orang itu jaga nafsunya aja?
Lucunya pernyataan ini keluar dari Gubernur Jawa Barat, yang harusnya menjadi salah satu orang yang menjaga dan melestarikan budaya Sunda. Oh, mungkin sebentar lagi budaya setempat udah mulai nggak penting. Orang-orang nggak punya rumah, nggak punya pekerjaan dan nggak bisa makan nggak penting, dan korban bencana alam di seluruh Indonesia - termasuk banjir di Jakarta - nggak penting. Yang penting, orang Indonesia nggak gampang terundang syahwatnya, dan ngirim banyak sukarelawan dan uang ke Palestina. Penting.
Para pemimpin negeri dari atas sampe kebawah kebanyakan ngurusin hal-hal yang gak penting. Ibaratnya kuman di seberang lautan kelihatan, gajah dipelupuk mata gak kelihatan.
ReplyDeleteDan negara ini jadi negara yang ngga penting ya... :( Kelewat ngurusin urusan orang lain. Rese :(
ReplyDeleteBukan orang sunda, jadi pemimpin di daerah sunda, malah jadi RESE!
ReplyDeleteSalah dulu saya milih dia... nyesel juga.... janjinya ternyata boong, & sekarang malah nyorotin hal-hal yg gak penting....